Gunung Semeru, yang menjulang di perbatasan Kabupaten Lumajang dan Malang, Jawa Timur, kembali menunjukkan aktivitas vulkaniknya dengan erupsi pada pagi hari. Letusan ini melontarkan kolom abu setinggi sekitar 1.500 meter di atas puncak, atau sekitar 5.176 meter di atas permukaan laut. Kolom abu teramati berwarna kelabu dengan intensitas tebal, condong ke arah utara dan timur laut. Merespons peningkatan aktivitas ini, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) secara resmi mempertahankan status Gunung Semeru pada Level III atau ‘Siaga’.
Menindaklanjuti status Siaga tersebut, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Lumajang dan Malang bersama dengan tim gabungan segera bergerak cepat. Prioritas utama adalah memastikan keamanan warga yang tinggal di lereng gunung. Sirine peringatan dini di sepanjang aliran lahar diaktifkan untuk memberi tanda kepada masyarakat agar segera menjauh dari zona berbahaya. Tim Reaksi Cepat (TRC) dari BPBD dikerahkan untuk melakukan asesmen di desa-desa terdampak serta membantu proses evakuasi warga, terutama kelompok rentan seperti lansia, anak-anak, dan ibu hamil.
Kekuatan personel dari Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan Kepolisian Republik Indonesia (Polri) juga diturunkan secara masif untuk mendukung upaya mitigasi. Ratusan prajurit dari Kodim 0821 Lumajang dan Batalyon Infanteri setempat disiagakan di beberapa titik strategis. Mereka bertugas membantu evakuasi, menjaga keamanan di pemukiman yang ditinggalkan, serta mendirikan posko darurat dan dapur umum. Kendaraan taktis seperti truk militer digunakan untuk mengangkut warga dan logistik ke lokasi pengungsian yang lebih aman.
Sesuai dengan rekomendasi PVMBG pada status Level III, area terlarang telah ditetapkan secara tegas. Masyarakat dilarang keras melakukan aktivitas apapun di sektor tenggara di sepanjang Besuk Kobokan, sejauh 13 km dari puncak (pusat erupsi). Di luar jarak tersebut, warga juga tidak boleh beraktivitas pada jarak 500 meter dari tepi sungai (sempadan sungai) di sepanjang Besuk Kobokan karena berpotensi terlanda perluasan awan panas dan aliran lahar hingga jarak 17 km dari puncak. Larangan ini bersifat mutlak untuk mencegah jatuhnya korban jiwa.
Komandan Satuan Tugas Penanggulangan Bencana menyatakan bahwa sinergi antara semua elemen menjadi kunci dalam penanganan bencana ini. “Kami telah membagi tugas dengan jelas. BPBD fokus pada manajemen pengungsian dan data, sementara TNI-Polri bertanggung jawab atas evakuasi, keamanan, dan logistik. Semua bergerak dalam satu komando untuk memastikan respons yang cepat dan terkoordinasi,” ujarnya saat ditemui di posko utama. Ia juga mengimbau masyarakat untuk tidak panik namun tetap waspada dan hanya mempercayai informasi dari sumber resmi.
Hingga saat ini, fokus utama tim gabungan adalah memastikan seluruh warga di zona merah telah dievakuasi, mendata kebutuhan para pengungsi, serta memantau terus perkembangan aktivitas Gunung Semeru berkoordinasi dengan pos pengamatan. Upaya preventif terus dilakukan, termasuk patroli rutin di jalur-jalur lahar untuk memastikan tidak ada warga yang nekat kembali ke rumah mereka sebelum situasi dinyatakan aman oleh pihak berwenang. Keamanan dan keselamatan masyarakat menjadi prioritas tertinggi dalam operasi tanggap darurat ini.