Menteri Agama Republik Indonesia (Menag), Nasaruddin Umar, menyampaikan visi besarnya untuk masa depan pendidikan tinggi keagamaan Hindu di Indonesia. Dalam sebuah kesempatan, beliau secara tegas menginginkan Institut Agama Hindu Negeri (IAHN) Mpu Kuturan di Singaraja, Bali, untuk segera bertransformasi menjadi sebuah universitas yang tidak hanya unggul di tingkat nasional, tetapi juga mampu bersaing dan diakui di panggung global. Keinginan ini bukan sekadar wacana, melainkan sebuah dorongan strategis untuk mengangkat martabat dan kualitas pendidikan Hindu agar setara dengan lembaga pendidikan tinggi lainnya di tanah air.
Menurut Nasaruddin Umar, perubahan status dari institut menjadi universitas merupakan sebuah keniscayaan di tengah tantangan zaman yang semakin kompleks. Transformasi ini akan membuka peluang yang lebih luas bagi IAHN Mpu Kuturan untuk mengembangkan program studi yang lebih beragam, tidak terbatas pada ilmu-ilmu keagamaan murni, tetapi juga mencakup bidang sains, sosial, dan humaniora yang diintegrasikan dengan nilai-nilai Hindu. Hal ini diharapkan dapat melahirkan lulusan yang memiliki wawasan keagamaan yang mendalam sekaligus kompetensi profesional yang relevan dengan kebutuhan pasar kerja.
Lebih jauh, Menag memimpikan universitas ini menjadi pusat keunggulan (center of excellence) untuk studi Hinduisme Nusantara. Indonesia, khususnya Bali, memiliki karakteristik ajaran Hindu yang unik dan kaya akan kearifan lokal. Potensi ini, menurutnya, harus digali, diteliti, dan disebarluaskan ke seluruh dunia melalui sebuah lembaga pendidikan tinggi yang kredibel. Universitas Hindu Negeri Mpu Kuturan diharapkan dapat menjadi rujukan utama bagi para peneliti dan akademisi internasional yang tertarik mempelajari kekhasan Hindu di Indonesia.
Pemerintah, melalui Kementerian Agama, menyatakan komitmen penuh untuk mendukung proses transformasi ini. Dukungan tersebut akan diwujudkan dalam berbagai bentuk, mulai dari fasilitasi regulasi perubahan status, alokasi anggaran untuk pengembangan infrastruktur dan sarana prasarana, hingga peningkatan kualitas sumber daya manusia, baik dosen maupun tenaga kependidikan. Sinergi antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan civitas academica IAHN menjadi kunci utama keberhasilan program ini.
Menanggapi dorongan dari Menteri Agama, pihak rektorat IAHN Mpu Kuturan menyambut dengan antusiasme tinggi. Mereka menyatakan bahwa gagasan ini sejalan dengan rencana jangka panjang pengembangan institusi. Berbagai persiapan internal, seperti penyusunan naskah akademik, penyiapan borang akreditasi, dan pemenuhan syarat jumlah guru besar, telah dan akan terus diakselerasi. Dukungan politis dari Menag dianggap sebagai angin segar yang memberikan energi baru bagi seluruh civitas academica untuk mewujudkan mimpi besar tersebut.
Pada akhirnya, transformasi IAHN Mpu Kuturan menjadi universitas diharapkan tidak hanya memberikan dampak positif bagi umat Hindu, tetapi juga bagi bangsa Indonesia secara keseluruhan. Kehadiran universitas ini akan memperkaya khazanah pendidikan tinggi nasional, memperkuat citra Indonesia sebagai negara yang majemuk dan toleran, serta menjadi bukti nyata komitmen negara dalam memfasilitasi pengembangan semua agama secara adil dan merata. Langkah ini menjadi tonggak sejarah penting dalam perjalanan pendidikan keagamaan Hindu di Indonesia.